Senin, 08 Agustus 2016

A New Magic Wand in Modernization

Money, money, money

A new magic "wand". It's more valuable than fairy's. Everyone says you can do everything with money. Everyone says it makes you feel prestigious. Everyone says it makes you more beautiful. Everyone said it could bring you happiness by buying Channel, MAC or Sephora.

Everyone tries making some money. Whatever how we make some money, they don't care.

Everyone says, we extremely need it, everyday. That's why, our parents wish to us enter to reputable university like UI, ITB and UGM. Everyone says it's easy to get a job if we're one of that Univ's students. For what? For getting money.

In contrast, as I know, I am hegemonized by society (or system?). Yes I know, money talks everything, but everything doesn't talk money. Is it meaning of life by making money forever in our life? Is it called by happiness?
Well... it's gonna be sooooo exhausting to me. If I could, I wanted to live in a peaceful village and lived a farmer. Also, working in NGO is probably the most suitable for me I think.
Nonetheless, it's only my wild imagination. I am still in the system and always be capitalist slave for making money.

Impossible But It Happened

I have a seriously boy-friend. He's indeed half of my life. We always do and share many things together. My parents know us each other. One day, all my friends asked me "Why don't you go out with him? It would probably make our friendship crumble, and both of us were against that. Besides, I looked at him like a typical devout Muslim guy, since he recites the Quran and fasts every Monday and Thursday. But behind those typical things lays a hidden secret, he is a closet bisexual. The first time I heard, I felt all fired up. I couldn't say anything, just crying like a baby because I'm not one of LGBTQ pro. Moreover, he had a BOY friend (although I didn't have, huh). It made me more angry and I still didn't get it, why he loved a boy. I just kept asking why, why, why.
By the time, I try to make him realize, but, he always keeps denial. I keep trying until get it into his head. I know it's not definitely piece of cake for me. However, I won't give up to him.

A friend in need is a friend indeed. ^^

Minggu, 06 September 2015

I am pursuing "S. Sos" to my last name

Bismillah....

Semoga salah satu wisudawati bulan Februari 2016 tercantum namaku.

Rabu, 08 Juli 2015

Film Suckcsuckers Review



Review film Sucksuckers
Deanda Dewindaru
1206205332

Everybody is naturally and powerfully attracted to fame” merupakan suatu prolog di bagian awal film Starsuckers. Film tersebut memiliki suatu makna bahwa setiap orang secara alami berusaha untuk menjadi populer bagaimanapun caranya dan dimulai sejak kecil sampai dewasa. Hal tersebut dikarenakan oleh paparan media yang sejak umur dini dan industri media memberikan suatu harapan bahwa setiap orang bisa terkenal.
Starsuckers tak hanya itu menceritakan mengenai bahwa sesuatu yang tidak sama dengan yang mainstream maka dianggap outside. Sesuai dengan Mahzab Frankrut School, jika sesuatu berbeda dengan industri, maka dianggap aneh. Di film dijelaskan bahwa orang yang sukses pasti diikuti oleh yang lainnya dan akhirnya terdapat “copy”-an yang lainnya. Sama saja seperti orang yang ingin terkenal cenderung mengikuti cara orang yang sudah terkenal, sedangkan orang yang memiliki gayanya tersendiri dan berbeda dengan yang lain dianggap aneh atau bahkan musnah di dunianya, padahal setiap orang memiliki gayanya tersendiri untuk berekspresi. Di film, terdapat scene dimana perbandingan antara orang purba yang berburu dengan mata panah lancip sedangkan yang lain tidak, dan yang berhasil adalah pemburu pertama sehingga orang lainpun mengikutinya.  Selain itu, seorang anak berusaha untuk menjadi artis didukung oleh orangtuanya dengan melewati beberapa cara agar dapat terkenal dan bergaya seperti artis terkenal. Dengan adanya hal seperti itu, menurut Ardono terciptalah homogenitas yang menyebabkan selera orang dibuat sama, serta standardisasi dimana adanya kriteria standar terhadap suatu objek. Industri membuat semua hal menjadi sama.
 Tak hanya homogenitas dan standardisasi, efek lainnya dari hal itu adalah komodifikasi yaitu memberi sesuatu nilai yang berharga kepada barang/jasa/ide, apapun yang dapat dijual agar mendapatkan keuntungan. Di film sucksuckers memperlihatkan bahwa informasi yang didapatkan dapat dijual kepada khalayak, baik informasi baik, buruk bahkan informasi tanpa dicek kebenarannya dan diubah agar lebih menarik. Tak peduli informasi benar atau salah yang khalayak ingin ketahui adalah suatu informasi yang menarik untuk diketahui. Contohnya adalah ketika seorang observer menelepon The Sun section Bizarre untuk menceritakan mengenai Sarah Harding. Observer mengatakan bahwa “she has loads of books on like, quantum physics”, tetapi The Sun menulis “…books about astronomy and quantum physics”.
Apapun yang diberitakan media tetapi khalayak menyukai, media tetap memberitakan informasi tersebut dan bahkan mengatur khalayaknya untuk mengikuti “permainannya”. Suatu term yang digunakan oleh Frankfurt School yaitu consciousness industry mendeskripsikan bagaimana media berfungsi untuk mengkontrol pikiran dan perasaan massa sekaligus mendapatkan uang dari hal tersebut. Selama massa merasa hasratnya terpuaskan dengan program yang diberikan oleh media, maka industri tetap berjalan dan industri media tetap mendapatkan uang. Tetapi apakah dengan hal demikian berarti khalayak mudah untuk dimanipulasi oleh media? Jika melihat dari film Starsuckers iya, tapi menurut pandangan saya, tidak semua khalayak tidak mudah dimanipulasi ketika genuine tidak menjadi atomisasi dan didasarkan oleh keaslian dari diri sendiri. Selama khalayak merasa senang dengan apa yang didapatkannya dan merasa tidak dimanipulasi oleh media, menurut saya tidak apa-apa, seperti goyang YKS yang dilakukan oleh kaum pekerja domestik, mereka menganggap hal tersebut dapat dijadikan ajang berekspresi untuk menyalurkan keletihan dan kejenuhan ketika bekerja di dalam rumah setiap harinya, dan bahkan mereka merasa bahagia.

Referensi
Srinati, D. (2004). An Introduction To Theories of  Popular Culture. Routledge: New York.

Senin, 22 Juni 2015

7 Tahun Tanpa Jejak (Magang PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, KC Bekasi)

VIOLA~~~

Here we go. I wanna tell you about my new life experience. I write this story in my internship office. Call it a day will come on 18 minutes more :D.
Sebuah gedung kantor yang terletak di Jalan Sudirman, Bekasi Barat. Yap, kantor magang gue, Bank Tabungan Negara Kantor Cabang (KC) Bekasi. Satu juta umat udah pada nanya "Kok lo magang di Bank, apa hubungannya?" Iya sih emang secara eksplisit gak ada, gak kaya PR Consultant. However, gue baru seminggu udah dapet ilmu yang nggak pernah gue dapetin di kampus. Gue gak pernah ngebayangin sebelumnya sama pekerjaan ini atau posisi magang ini.

Pada awalnya, gue apply ke banyak perusahaan (monggo dibaca Biasa Ditolak Tapi Perlahan Tenang Pasti Dapat). Akhirnya gue dapat magang di Bekasi juga, di kantor BTN Bekasi. Thanks to my dad udah masukin form magang, xixixi. 

NEXT!

Gue mulai magang pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015. Jadi gue gak ada yang namanya liburan, full magang dan mikirin skprisi tok. But I enjoy it. Pas hari itu gue harus nemuin Bu Tusi dulu biar dibuatin absensi magang. Absensi gue nggak secanggih pegawainya sih, masih pakai kartu gitu yang dimasukin ke jam. Nah, yaudah tuh, sehabis itu gue keliling-keliling kantornya biar tau apa sih yang cocok buat gue. VIOLA~ akhirnya gue ditaro di Loan Service (LS). Di Loan Service, ada officernya, Ka Nada dan Ka Sasti. Kerjaannya gue pas hari pertama cuman bengong dan perhatiin doang. I thought before "what the ..." gue buta sama sekali!

Gue di Komunikasi belajar yang rata-rata studi kasus, membangun citra, krisis komunikasi. Tapi, kenyataannya pas magang nggak ada kaitannya, ha ha ha. Awal-awal gue emang gabut, tapi sekarang nggak. Sekarang setidaknya gue disuruh buat Memo Loan Appraisal, Transaction Process dan BI Checking. Gue juga belajar dari Ka Nada dan Ka Sasti bagaimana menghadapi orang. Sebenarnya asik ngeliat ngadepin orang yang berbeda-beda, tapi ngantuk, soalnya di bawah AC langsung...

Gue juga belajar cara apply kredit di Bank BTN. Walaupun ayah gue kerja di Bank BTN, tapi kita nggak pernah cerita mengenai kerjaan. Dan mungkin belajar sedikit tentang Hukum misalkan Sertifikat Hak Milik itu harus diroya kalau tadinya ditahan sama Bank. Gue norak emang nggak tau hal itu. Selain itu, gue belajar administrasi juga dannn belajar foto kopi kertas karena selama ini hanya foto kopi di abang-abang.

Di sini gue juga ngeliat para nasabah ada yang sambil nangis karena pengajuan kreditnya ditolak. Alasannya adalah calon nasabah bukan pegawai tetap di suatu perusahaan. Otomatis hal itu ditolak, karena salah satu syarat pengajuan kredit adalah pegawai tetap di suatu perusahaan. Lebih unik lagi adalah... GUE KETEMU SAMA CHAIRMATE SMP GUE YANG SELAMA TUJUH TAHUN GAK KETEMU. Doi kerja di sini. Nama inisialnya D, bahkan gue kaget setengah mati ti ti ti ketemu dia. Perpisahan kita intinya nggak baik-baik deh, bukan karena kita berantem, tapi tiba-tiba di menghilang gitu aja. Mulai dari di sekolah nggak ada (yah duduk sendiri waktu itu), di sms sama telepon nggak bisa dan akhirnya gue ke rumahnya buat cari tau, dan ternyata ...

Rasanya tuh pengen kayang di atas Auditorium Juwono Sudarsono di FISIP. Ngobrol-ngobrol lah sama doi sebentar. Pengen sih ngobrol banyak sama dia, tapi dia sibuk dan aku gabut.

Dear my ex chairmate who became my bestfriend before...
Dulu kita sedekat nadi, tapi sekarang kita sejauh galaksi andromeda...


Berikut gue lampirkan foto-foto selama gue magang

Loan Service Desk


 Tempat "kongkow" Dean

Nah, ini caller buat nomor antrian, yang kaya di Bank gitu loh


Data calon nasabah yang harus diolah :)


Yhah numpang narsis lah di toilet. Anak magang wajib hitam putih bajunya.

Minggu, 21 Juni 2015

Biasa Ditolak, tapi Perlahan Tenang Pasti Dapat :)

I believe in "If there's will, there's way" :)

Hai hai hai sudah lama blog ini berdebu sangat.

Dan sampai detikpun gue nggak percaya, I am going to semester 7th! Woh the last semester which means I am so old *crying*

Semester tujuh ini gue awalnya nggak tau apa harus skripsi, tugas karya akhir (TKA) atau nggak usah apa-apa, dengan kata lain belanja dua matkul lagi. Sejauh ini, gue masih mau skripsi dan semangat 45 mengebu-gebu. Harus super ngebut buat skripsi ini, bangga aja kalau punya karya. :D

Nah, demi melantjarkan misi untuk skripsi di tahun 2015, gue memiliki rencana pas awal 2015. Awalnya gue mikir dimana aja deh gue magang, yang penting magang. Gue apply kemanapun, ke Kompas, Astra Internasional, dan lain-lain, tapi N I H I L. Gue tetap berusaha buat ke perusahaan lain, belajar buat CV yang baik bagaimana dari internet, buat resume dan cover letter.

Singkat kata, gue apply lewat Jobstreet.com seperti Exximbank, 3M sama PT. Megasari di Halim. Nah, gue ditelepon tuh sama 3M buat interview internship. Gue inget banget ditelepon pas gue mau presentasi UAS Media Buying and Planning hari Senin. Gue mengiyakan untuk diwawancarain hari Rabu. EH! Shaendy mengingatkan gue kalo Kamis gue itu ada UAS Sejarah dan Peradaban Turki (Well, I'm so regret to take this lesson :"). Mati kan, mati. FYI, matkul ini matkul ter-susah, ter-bori sepanjang masa gue kuliah. Intinya, gue tetap dateng ke TB Simatupang dalam kondisi besoknya ada UAS Turki dan PAMERAN PENELITIAN TERAPAN KOMUNIKASI DADAKAN! :))

Pas diwawancarain tuh, gue nggak banget deh. Mood gue yang sudah letih ditambah nunggu HR-nya lama, terus ujan gitu becek-becek gak jelas, kondisi besoknya yang super bori. Gak maksimal banget. Dan viola! Gue sampai sekarang gak tau kabarnya hasil wawancara 3M gue padahal gue udah follow up.

NEXT!!!

Tadinya mau apply ke Total E&P, tapi nggak jadi soalnya harus buat proposal. Sebenarnya mau sih, tapi masalahnya magang yang gue lakuin sekarang tuh nggak wajib, HAHAHA. Total E&P juga udah bagus buat maintain sosial media dan hubungannya ke stakeholdernya. Ditambah Total E&P jauh banget dari rumah dan pas puasa.

Gue ditelepon juga sama salah satu perusahaan, tapi gak tau apa soalnya waktu itu gue lagi nyisir rambut di kamar mama dan hape gue tinggal di kamar gue. Ditelepon lagi sama PT Megasari Makmur gue bisanya kapan dan bisa berapa bulan. Katanya user butuh tiga bulan sedangkan gue cuman bisa dua bulan.

A k h i r n y a, gue ditelepon sama Bank BTN KC Bekasi kalau gue bisa mulai magang hari Senin tanggal 15 Juni 2015. Wah, ku sudah mendunga, hahaha. Gue minta bantuan ke ayah gue biar bisa magang di Bank BTN KC Bekasi. Detik sekarang gue masih di bagian Loan Service. Divisi ini tuh bagian nerima berkas orang-orang buat ngambil kredit. Gak ada korelasi sih sama jurusan gue samsek, tugas gue di sini buat Memo gitu, semacam surat Appraisal, Transaction Process, sama BI Checking. Di sini dapat ilmu baru juga (dan permasalahan buat skripsi). Contohnya kaya BI Checking. BI Checking ini tuh keren banget menurut gue, kita bisa tau track record calon debitur selama dua tahun di seluruh Bank. Kalau misalkan catatanya buruk, yasud, dia tidak akan dapat kredit. :)).

Ntar yah gue lanjutin pengalaman gue magang di PT Bank BTN Tbk, KC Bekasi. :D


Sabtu, 01 Maret 2014

A Piece of Memories at Morocco

I still remember …
The way when my first step touched in Marrakech
The way I got in the taxi
The way I turned on the stove
The way I played laptop under blanket because of so cold out there
The way I used “swallow” sandals whether it was cold
The way I used my first coat in my life
The way I deal with seller in Morocco
The way I communicated with foreigner
The way I ate tajine, couscous and morocco tea
The way I ate olive, so weird but I miss that L
The way I cried when I prayed for first time at Morocco, I felt so close with Allah
The way I drunk red wine first time at Sahara desert
The way I played card with Ghita, Aimad and Khaoula
The way I talked to Salma about movie at Saturday Night
The way my Hongkong, China, Austria girls smiled to me
The way AIESECer Menara sing and dance
The way I walked around in Sailane Doudiat
The way  the owner home talked to me although I didn’t understand
The way I saw Yan closed the door for last time when she went to Sahara
The way my last hug with Khaoula and Aimad
The way my last hug with Charlie and Fi
It’s memorable until the last breathing. I prefer say see you than good bye because good bye hurting me actually… thanks